Senin, 15 November 2021 0 komentar

Menyayangi Sesama

Seorang muslim diajarkan oleh Rosulullah untuk solid dengan saudara seimannya dalam rasa cinta kasih. Hal ini dijelaskan dalam satu hadits Arbain Nawawi nomor 13:

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ خَادِمِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: “لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Sabda Rosulullah sholallaahu 'alaihi wassalam : Tidak ada darimu yang sungguh-sungguh telah beriman sampai dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Saling menyayangi sesama adalah salah satu penyempurna keimanan.

Dalam hadits diatas dengan jelas dikatakan bahwa mutiara hikmah yang bisa diambil dari hadits Arbain Nawawi nomor 13 itu adalah bahwa sikap saling menyayangi merupakan penyempurna iman seseorang. Seorang yang mengaku mukmin dan beriman kepada Allah dan Rasul harus mau menyayangi sesama. Seseorang yang mau disebut orang islam yang beriman haruslah bersedia menjadi peka pada kehidupan sosial. Mau membantu saudaranya yang membutuhkan bantuan dan memusatkan perhatiannya lebih pada memberi daripada menerima.
0 komentar

Menyayangi sesama makhluk

Hadits tentang menyayangi sesama makhluk yaitu :

Dalam suatu peristiwa, tatkala seorang sahabat nabi bernama Abdul Rahman bin Sakhr menemui seekor anak kucing yang sedang mengiau kerana kehilangan ibunya. Beliau yang dalam perjalanannya menuju ke Masjid Nabawi, berasa kasihan kepada anak kucing itu, lalu mengambil dan meletaknya dalam baju besar beliau. Apabila sampainya di masjid, baginda bertanya Abdul Rahman, apa dalam bajunya? Ia menjawab anak kucing yang kehilangan ibu, aku mengambilnya kerana kasihan padanya. Lalu baginda menggelarkan Abdul Rahman dengan Abu Hurairah (bapa kucing kecil).
  • Pada setiap yang mempunyai hati yang basah (hewan) terdapat pahala (dalam berbuat baik kepadanya).” (H.R. Bukhari, Ahmad dan Ibnu Majah).
  • “Kasihanilah siapa saja yang ada di bumi ini, nescaya kalian akan dikasihani oleh yang ada di langit.” (H.R. Tirmidzi, Ath-Thabrani dan Al Hakim).
  • “Siapa yang tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi.” (Muttafaqun ‘Alaih).
0 komentar

Senyum adalah sedekah

تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
Bacaan latinnya:
Tabassumuka fii wajhi akhika laka shodaqotun.
Artinya: Senyummu di hadapan saudaramu adalah (bernilai) sedekah bagimu. (HR. Tirmidzi)

Hadits ini berisi tentang keutamaan senyum. Dimana seseorang yang memberikan senyuman terhadap sesama muslim akan mendapatkan kebaikan sebagaimana kebaikan orang yang memberi sedekah. Dan akan mendapat pahala sebagaimana pahala sedekah. Senyum dapat membuat orang yang menerimanya merasa nyaman dan bahagia. Hal ini sama dengan sedekah materi yang juga bisa membuat orang yang menerimanya merasa bahagia. Senyum yang dimaksud adalah senyum yang didasarkan pada ketulusan hati. Yang dilakukan dengan tujuan kebaikan tanpa memiliki maksud buruk.
0 komentar

Sikap Tenang

Sikap tenang adalah berdasarkan hadis yang dikemukakan sebelum ini:
اَلتَّأَنِيْ مِنَ اللهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ.
Ketenangan adalah dari Allah manakala ketergesa-gesaan adalah dari syaitan.
Manakala sikap lemah lembut adalah berdasarkan hadis:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ.
Sesungguhnya Allah mencintai sikap lemah lembut dalam segala urusan.

Jika dirujuk kepada siroh Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, akan ditemui beberapa ketika baginda marah atas faktor agama. Akan tetapi kemarahan tersebut tidaklah menyebabkan baginda mengeluarkan kata-kata yang kotor atau bertindak ganas. Sebaliknya baginda hanya memberi teguran yang tenang lagi lemah lembut. Satu contoh ialah kisah berikut yang diriwayatkan oleh Abu Mas‘ud al-Anshari radhiallahu ‘anh.

Beliau menceritakan, seorang lelaki telah datang menemui Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rosulullah! Aku pernah mundur dari sholat (berjamaah) disebabkan si-fulan (imamnya) membaca surah yang panjang.” (Abu Mas‘ud) menyambung: Aku tidak pernah melihat Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam amat dahsyat kemarahannya dalam rangka memberi nasihat berbanding pada saat itu. Lalu baginda bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ مُنَفِّرُونَ فَمَنْ صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ
فَإِنَّ فِيهِمْ الْمَرِيضَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ
Wahai manusia! Sesungguhnya di antara kalian ada yang membuat orang-orang lari dari sholat berjamaah. Maka sesiapa yang mengimami manusia, hendaklah dia meringankan (memendekkan) bacaan karena sesungguhnya di kalangan mereka (makmum) ada yang sakit, lemah dan berurusan.

Syaitan mempengaruhi manusia dengan sifat lupa:
Terdapat dua jenis lupa. Pertama lupa dalam urusan harian seperti lupa dimana letaknya anak kunci rumah atau lupa membeli barang tertentu di kedai runcit. Kedua lupa dalam urusan agama seperti lupa solat atau hafalan Al-Qur’an. Lupa jenis kedua berasal dari syaitan, karena syaitan dapat mempengaruhi manusia dengan sifat lupa.
0 komentar

Puasa

Syarat Wajib Puasa

  1. Berakal, orang yang gila tidak wajib berpuasa
  2. Baliqh
  3. Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat berpuasa karena sudah tua atau sakit, tidak wajib berpuasa
Tata Cara Puasa
  1. Berniat pada malamnya, tiap-tiap malam selama bulan Ramadhan
  2. Menahan dari yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa
  1. Makan dan minum
  2. Muntah dengan usaha yang disengaja
  3. Gila, jika datangnya gila pada siang hari, maka batallah puasanya
Sunat Puasa
  1. Menyegerakan berbuka apabila telah nyata atau yakin bahwa matahari telah terbenam
  2. Berbuka dengan korma, atau sesuatu yang manis, atau dengan air
  3. Berdo'a sewaktu berbuka puasa, yaitu : Allaahumma laka shumtu wabika aamantu wa'alaa rizqika afthortu dzahabadh-dhoma-u wabtallatil 'uruuqu wa tsabatal ajru insyaa Allah. Artinya : Ya Allah karena Engkau aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka, dahaga telah hilang, urat-urat telah segar dan mudah-mudahan pahala tetap dilimpahkan
  4. Mengakhirkan makan sahur

Minggu, 14 November 2021 0 komentar

Hari Kiamat

Kedatangan hari kiamat, keadaan setelah hari kiamat.


لَاۤ اُقۡسِمُ بِيَوۡمِ الۡقِيٰمَةِ
Laaa uqsimu bi yawmil qiyaamah.
Artinya: Aku bersumpah dengan hari Kiamat (Al-Qur'an 75:1)

سۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ السَّاعَۃِ اَیَّانَ مُرۡسٰہَا ؕ قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ رَبِّیۡ ۚ لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ ؕۘؔ ثَقُلَتۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ لَا تَاۡتِیۡکُمۡ اِلَّا بَغۡتَۃً ؕ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا ؕ قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ اللّٰہِ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ
Yasaluunaka ‘anissaa’ati ai-yaana mursaahaa qul innamaa ‘ilmuhaa ‘inda rabbii laa yujalliihaa liwaqtihaa ilaa huwa tsaqulat fiis-samaawaati wal ardhi laa ta’tiikum ilaa baghtatan yasaluunaka kaannaka hafii-yun ‘anhaa qul innamaa ‘ilmuhaa ‘indallahi walakinna aktsarannaasi laa ya’lamuun.
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguh nya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al-Qur'an 7:187)

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ
Wanadha’ul mawaaziinal qistha liyaumil qiyaamati falaa tuzhlamu nafsun syai-an wa-in kaana mitsqaala habbatin min khardalin atainaa bihaa wakafa binaa haasibiin(a).
Artinya : Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan. (Al-Qur'an 21:7)

0 komentar

Makanan Halal dan Haram

 فَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ حَلٰلًا طَيِّبًاۖ وَّاشْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ 
Fakuluu mimmaa razaqakumullahu halaalan thai-yiban waasykuruu ni’matallahi in kuntum ii-yaahu ta’buduun(a);
Artinya: Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. (Al-Qur'an 16: 114)

نَّمَا حَرَّمَ عَلَيۡكُمُ الۡمَيۡتَةَ وَ الدَّمَ وَلَحۡمَ الۡخِنۡزِيۡرِ وَمَاۤ اُهِلَّ لِغَيۡرِ اللّٰهِ بِهٖ‌ۚ فَمَنِ اضۡطُرَّ غَيۡرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ
Innamaa harrma 'alai kumul maitata waddama wa lahmal khinziiri wa maaa uhilla lighairil laahi bihi famanid turra ghaira baaghinw wa laa 'aadin fa innal laaha Ghafoorur Rahiim.
Artinya: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah, tetapi barangsiapa terpaksa (memakannya) bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Qur'an 16: 115)


 
;